Kamis, 06 September 2012

PUISI


“Bila Tiba Waktu Berpisah”

Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara
Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang
Masih kudapatkan dan kurasakan
Curahan  rahmat dan berbagai ni'mat
Yang kerap Kau berikan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Pantaskah kumemohon diri
Tanpa setetes syukur di samudera rahmat-Mu

Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah sahabatku
Di malah hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai
Masih kudapatkan dan kurasakan
Keramaian suasana dan ketenangan jiwa
Tapi bila tiba waktu berpisah
Akankah kupergi seorang diri
Tanpa bayang-bayang mereka yang akan menemani

Ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu yang selalu mengotori tubuhku
Ketika kuisi masa-masa yang ada dengan segala sesuatu yang tiada arti
Masih bisa kumenghibur diri
Tubuhku kan bersih dan  esok kan lebih baik
Tanpa sebersit keraguan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Masih adakah kesempatan bagiku
Tuk membersihkan jiwa dan hatiku
Setiap kegagalan yang membawa kekecewaan
Setiap kenyataan yang menghadirkan penyesalan
Masih kudengar dan kurasakan
Suara-suara yang menghibur
Tuk menghapus setiap kecewa dan sesal
Tapi bila tiba waktu berpisah
Adakah yang akan menghiburku
Akankah aku pergi tanpa kekecewaan dan penyesalan.


“Bumi Pun Bicara”

Bila tiba masanya
bumi pun akan bicara
Di punggungku engkau berlari
ke dalam perutku engkau kembali

Di atasku engkau berjalan dalam kesenangan
di perutku engkau jatuh dalam kesusahan
Di punggungku engkau tertawa
di perutku engkau berduka

Di atasku engkau makan yang diharamkan
di perutku engkau menjadi santapan
Bila tiba waktunya
bumi pun akan bicara
Di punggungku engkau berjalan dalam kesombongan
di perutku engkau dihinakan
Di atasku engkau dalam kebersamaan
di perutku engkau dalam kesendirian
Di punggungku engkau bermandikan cahaya
di perutku engkau dalam gulita

Di atasku engkau durhaka
di dalam perutku engkau tersiksa.


“C E R M I N”

Di depan cermin kuberkaca
kulihat sesosok tubuh berdiri tanpa suara
matanya memandang hina
menatapku penuh cela
senyum tipis di bibirnya hampir sirna
berhias seribu cerca

Terbersit sebuah rasa di hati
tentang kekufuran diri
tentang syukurku yang telah pergi
Di depan cermin kuberkaca
kulihat sesosok tubuh berdiri tanpa suara
matanya memandang penuh puja
menatapku penuh makna
senyum tipis di bibirnyaseakan berkata
kau sangat sempurna
Terbersit sebuah rasa di hati
tentang kesombongan yang singgah di dalam diri
tentang keangkuhan tanpa kesadaran nurani.

Dari Dalam Dirimu”

Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
lukislah sebuah senyuman di bibirmu
karena itu indah
bak mentari pagi yang memberikan keceriaan hari
laksana langit senja yang pamit menghdirkan ketenangan angkasa dengan bulan dan gemintang
bagi yang memandang

Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
rangkailah kata bijak di setiap kalimatmu
karena itu indah
seperti nyanyian burung yang berterbangan di sela dahan
bagaikan kidung serangga pengisi taman malam
bagi yang mendengar

Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
eratkanlah sesama di hatimu
karena itu indah
bak tali pemersatu
laksana titian penghubung
bagi sebuah ukhuwah

Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
bacalah bentangan semesta raya
karena itu indah
ketika deru ombak berpadu dengan awan berarak
di saat alam bersatu dari kemajemukan raga
bagi yang berpikir

Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
satukanlah niat dan kata dalam nyata
karena itu indah
bila lisan sejalan hati
jika hati seiring perbuatan
bagi yang merasa.

“D E B U”

Setiap langkah kakiku
Melewati jalan berdebu
Yang tertiup angin
Dan melekat
Di kakiku, di tanganku, di tubuhku

Setiap pandangan mataku
Menatap alam berdebu
Yang mengelilingi tubuhku
Dan mengotori
Rambutku, kulitku, pakaianku

Setiap perjalanan waktuku
Dipenuhi masa berdebu
Yang datang
Melekat
Dan tak hilang.
Dirajai Malam”

Sepertiga malam terakhir mulai bergulir
Kerlip tasbih gemintang di angkasa malam tetap berkumandang
Zikir cahya rembulan seakan tak ada penghabisan
Puja-puji serangga malam tiada pernah tenggelam
Membahana di semesta angkasa

Tiap sepertiga malam kulalui dengan terpejam
Berbaring mengukur berapa panjang tempat kutidur
Dihibur nyanyi kidung alam mimpi
Yang akan pergi bila kubangkit berdiri

Sepertiga malam terakhir terus bergulir
Kamarku kian gersang dengan lantainya yang sudah usang
Di sudut ruang dengan cahaya remang
Terbentang sajadah tempat kuberserah
Menghiba diri kepangkuan Ilahi
Namun tak kuasa diri ini menggapainya

Tiap sepertiga malam kulalui dengan terpejam
Di alam mimpi dari dunia tak bertepi
Yang membelenggu hingga dikekang nafsu
Karena diriku dirajai malam bukan merajai malam.

“Duri Dalam Diri”

Sengaja tanpa sengaja
kulukai
kusakiti
kumencaci
orang dan diri
melupakan
melupakan diri dari karuania Ilahi

Dengan segala tipu daya
menutupi kebusukan jiwa
diri dalam nista
bersama dosa
kuterhina
dan tercela
oleh orang dan diri

Kutersesat
dalam malam pekat
melangkah dalam gulita
gelap tak berksudahan

Kuberjalan
saat terlena
kulakukan
yang kusalahkan

Belenggu hati
dalam mimpi
yang tak terbangunkan

“D O A”
Dalam do'a
Seribu harap terus kuucap
Seribu pinta kurangkai kata

Dalam do'a
Kupasrah bukan menyerah
Kutinggal bersama tawakkal

Kuserahkan yang terjadi pasti
Setiap kehendak dari Ilahi
Dalam do'a

Kutumpahkan segala hina diri
Demi kasih murni sejati
Dalam do'a


“I N D A H”

Kutemukan ......
sebuah nama dalam keagungan
berselimut kekuatan
memancarkan kekuasaan
dipuji
diabdi

Kulihat .....
aneka bentuk terangkai rupa
terhimpun
tersusun
bersurat arti
bersirat makna

Kubaca .....
segala misal perumpamaan
pengajaran
teguran
yang mengingatkan
hati insan yang penuh kekhilafan

Kudapatkan .....
di setiap lembar halaman
pedoman
aturan
peta penunjuk jalan
bagi langkah kaki dalam menapak kehidupan

Kudengarkan .....
kisah yang diceritakan
berita yang dikabarkan
tentang kebahagiaan
tentang kepedihan
dari janji adil pembalasan.


Genderang”

Dari benih yang terlahir
keserakahan itu pun hadir
menyelimuti dunia yang memang sudah renta
hingga tak mampu lagi membendung dan mencegah
penindasan kepada yang lemah
Di setiap detik terus bergema
jerit kematian
tangis pedih kehilangan

Di setiap detik terus mengalir
tetesan air mata
darah mereka yang tak berdosa
Di setiap detik terlihat
tubuh-tubuh tergeletak
tak bernyawa tak bergerak
Nafsu bahimiyah
tak tercegah.
“Hati Tak Bertuan”

Ayunan kaki melangkah tanpa tujuan
Menyusuri jalan tanpa kepastian
Berlari
Berhenti
Tak menentu

Mata-mata yang hampir buta
Memandang suram
Terbuka
Terpejam
Meski tak mengerti

Lidah-lidah yang hampir kaku
Berkata tanpa ragu
Berucap
Terdiam
Seakan tahu segalanya
Telinga-telinga yang hampir tuli
Mendengar tiap hari
Segala suara
Tanpa batas
Namun tak berbekas

Langkah-langkah tanpa tujuan
Mata-mata yang memandang kegelapan
Lidah-lidah yang beruap tanpa perasaan
Telinga-telinga yang mendengar dalam ketulian
Dari hati  tak bertuan.

“Kebekuan”

Di sini.....
Kusaksikan pergantian masa
Surya tenggelam mengundang rembulan
Sahutan ayam terdengar memanggil fajar
Telah mengambil bagian diriku

Di sini.....
Kumengenang hari-hari yang telah berlalu
Membawaku dalam kebekuan jiwa
Di dalam dunia lamunan
Yang terus menyelimuti di setiap waktuku

Di sini.....
Kusaksikan taman mulai berbunga
Kuntum-kuntumnya mulai mekar menebar keharuman
Pepohonannya mulai rindang dan berbuah di setiap cabang

Di sini.....
Aku hanya diam membeku
Tak mampu berbunga dan berbuah
Dalam kebekuan jiwa
Di setiap waktuku.

“KepadaMU Jua”

Setiap keindahan yang tumbuh bersemi
Subur berbunga dalam hati insani
KepadaMu jua yang hakiki kembali

Setiap kegelisahan di jiwa
Rasa takut dan berputus asa
KepadaMu jua segala pengharapan ditujukan

Setiap kesendirian di malam sepi
Berkawan dengan sunyi
KepadaMu jua segala ingatan yang meramaikan

Setiap kesedihan sebuah luka
Yang diringi tetesan air mata
KepadaMu jua segalanya kan terobati.


Mawar Di Pagi Hari”

Duhai mawar
kuntummu telah mekar
ketika menyambut kehadiran sang fajar
rupa menawan menebar keharuman
indah mempesona

Duhai mawar
kuntummu telah mekar
ketika sang surya memnampakkan diri tuk mengawali hari
mengharum semerbak di seluruh taman
damailah rasa

Duhai mawar
akankah kuntummu tetap mekar
ketika rasa ini mngehendaki di esok hari
ingin mencium keharumanmu lagi
segarlah sepanjang masa

“PENGAKUAN”

Rinduku kekasih
Tumbuh bersemi dalam kehampaan
Pupus dan gersang
Hanyut dan hilang
Di sungai tanpa sekumpulan mata air
Terbang dan melayang
Di bumi terhampar tanpa denyut kehidupan

Cintaku kekasih
Tak sebening tetes embun pagi di ujung dedaunan
Hanya bagai kabut putih di pegunungan
Yang datang dan kembali pergi
Hilang diterpa pancaran sinar matahari

Ketulusanku kekasih
Yang kusampaikan di dalam setumpuk bingkisan
Disinggahi seribu pamrih
Yang berakar dan terus berbunga.


“Raih Cita Bersama Mentari”

Langit senja mulai temaram
siang berakhir digantikan malam
dengan segala hiasannya
di angkasa
menerangi bumi

Keping kenangan di masa lalu
dari sebuah kegagalan berakhir kekecewaan
bukanlah benih putus asa
di esok dan lusa
bersama mentari baru

Rembulan berkawan bintang
hapuskan keraguan
dari sebuah asa pengharapan

Bergema do'a
jalan terbuka
tergapai segala cita
“Sahabat”

Sahabatku adalah tetesan embun pagi
yang jatuh membasahi kegersangan hati
hingga mampu menyuburkan seluruh taman sanubari
dalam kesejukan

Sahabatku adalah bintang gemintang malam di angkasa raya
yang menemani kesendirian rembulan yang berduka
hingga mampu menerangi gulita semesta
dalam kebersamaan

Sahabatku adalah pohon rindang dengan seribu dahan
yang memayungi dari terik matahari yang tak tertahankan
hingga mampu memberikan keteduhan
dalam kedamaian

Wahai angin pengembara
kabarkanlah kepadaku tentang dirinya

Sahabatku adalah kumpulan mata air dari telaga suci
yang jernih mengalir tiada henti
hingga mampu menghapuskan rasa dahaga diri
dalam kesegaran

Sahabatku adalah derasnya hujan yang turun
yang menyirami setiap jengkal bumi yang berdebu menahun
hingga mampu membersihkan mahkota bunga dan dedaun
dalam kesucian

Sahabatku adalah untaian intan permata
yang berkilau indah sebagai anugerah tiada tara
hingga mampu menebar pesona jiwa
dalam keindahan

Wahai burung duta suara
ceritakanlah kepadaku tentang kehadirannya

“Semerbak Tanpa Batas”

Semerbak tumbuh mewangi
Seribu mahkota di taman pekerti
Mengiringi langkah-langkah angin yang  bertiup di bumi
Harumi setiap penjuru yang disusuri

Tiadalah sendiri dalam sepi
Segala keindahan mengundang hati
Memikat mata dengan pesona hakiki
Yang berhias kemuliaan tiada tara
Kehadirannya serikan semesta
Agung setiap masa


“Senandung”

Senandung telah bersua
merangkai kata-kata dalam berita
yang terbawa entah dari mana
tanpa sadar akibat dan derita

Tiada lagi yang terkekang
mengoyak semua tirai penghalang
seiring angin bertiup kian kencang
senandung pun terus berkumandang

Tanpa ragu tanpa malu
menghina yang jauh di setiap penjuru
membusungkan dada sekan tiada cela

Kelana senandung tanpa hati
menutupi kehinaan diri
yang bersembunyi di balik bait-bait syairnya
“Tak Berbekas”

Kulihat apa yangg tersurat
seraya mencoba mengerti apa yang tersirat
keagungannya

Tetapi ......
Mulutku telah mencaci
Kaki tanganku terus menodai
kesuciannya

Tetapi ......
Yang kudengar masih kulanggar
Yang kufahami tak kujalani
darinya

Tetapi ......
Semuanya tak berbekas
dalam gerak hidupku bersama desah nafasku
dalam aliran darahku yang mengiringi denyut nadiku
Kulihat apa yangg tersurat
seraya mencoba mengerti apa yang tersirat
tanpa kehadirannya

“Terkadang”

Terkadang kuinginkan
yang hilang
kan terulang

Terkadang kumau
yang pergi
tuk kembali

Terkadang kuberharap
yang duka
sirna selamanya

Terkadang kubercita
dalam hampa
tanpa kerja

Terkadang kusesali
yang terjadi
menimpa diri

Terkadang kuramaikan suasana
dengan canda tawa
penghapus lara

Terkadang kusunyikan suasana
dalam kebersamaan
dengan kesendirian

Terkadang kutergoda
dan terlena
dalam tipu daya

Terkadang kutancapkan cita
agar berbunga
namun tak kuasa


“Terlena”

Kubernyanyi
Kumenari
Lalu terelena

Kuberdendang
Kutertawa
Lalu lalai dan lupa

Kuberjalan
Kuberlari
Lalu berhenti tanpa tujuan pasti

Kubersedih
Kumenangis
Lalu meneteskan air mata tanpa arti

Kuterdiam
Membekukan diri
Entah berbuat apa lagi

Kupergi
Lalu kembali
Entah kapan tersadar

Bilakah kumelangkah
Berkelana jauh
Dan tak kan pernah kembali.

“Tetapkanlah”

Bagai nyiur tertiup angin
bergerak tanpa kepastian
begitulah hatiku
ketika selalu mengikuti arus kehidupan
kemana saja ingin membawa

Kumencoba
melawan
menentang
namun tak kuasa

Tetapkan.....
tetapkanlah hatiku

Kuatkan .....
kuatkanlah jiwaku

“Yang Berharga Yang Terlupa”

Detik demi detik dari masa yang berlalu
akan terus berganti waktu
Kisah demi kisah yang telah pergi
akan tetap hilang dan tak kan kembali

Matahari yang ada di siang ini
esok kan berbeda tak terulang lagi
Rembulan yang ada di malam hari
esok pun kan berganti

Saat ada akan terlupa
ketika berlalu datanglah rindu

Tiada sadar jiwa-jiwa yang alpa
tentang nilai dan harga
ketika segalanya hadir di depan mata

Tersadarlah jiwa-jiwa yang merugi
dengan penyesalan diri
ketika segalanya hilang pergi

Nilai dan harga yang terlupa
harus ditebus saat telah sirna
dengan penyesalan dan harapan sia-sia
bilakah kembali terulang di depan mata

“Yang Kurindu”

Kurindukan………
Sekuntum mawar dalam sebuah harapan
Mekar di pagi hari menyambut datangnya mentari
Semerbak sepanjang hari tuk meramaikan suasana taman hati
Tak layu di malam hari bersama purnama yang menerangi bumi

Kurindukan………
Sekuntum mawar dalam genggaman
Kelopaknya bukan gemerlap materi tapi kasih sayang Ilahi
Mahkotanya bukan kilauan intan permata tapi cahaya pekerti
Duri-durinya bukan kesombongan tapi pembenteng diri
Kurindukan………
Sekuntum mawar dalam keindahan
Dalam kemuliaan abadi
Dalam kesucian kasih Ilahi
Dalam kemurnian cinta hakiki

Kurindukan…………
Sekuntum mawar dalam keinginan
Sebagai teman sepanjang zaman

Kurindukan……..
Sekuntum mawar dalam lantunan do'a
Kelak kan hadir di depan mata.

Rabu, 05 September 2012








CARA MENSUKURI NIKMAT ALLAH


CARA MENSYUKURI NIKMAT ALAH
Oleh : Rika Anjar Setiawan Kelas XI IPA

Assalamualaikum wr. Wb.

بَعْدُ أَمَّا أَجْمَعِيْنَ وَصَحْبِهِ اَلِهِ وَعَلَى وَالْمُرْسَلِيْنَ اْلأَنْبِيَاءِ أَشْرَفِ عَلَى وَالسَّلاَمُ وَالصَّلاَةُ الْعَالَمِيْنَ رَبِّ للهِ الْحَمْدُ

Yth. Bapak mahrus ali S.Pd,.M.H selaku kepala madrasah aliyah al muslihun
 Bapak nur komarudin S.Pd, selaku guru pembimbing yang saya hormati.
 Bapak ibu guru beserta staf-stafnya yang saya hormati
            Dan deman-teman yang saya banggakan, yang di mulyakan allah.

Hadirin yang berbahagia yang di mulyakan allah. Sebelum saya menyampaikan apa yang menjadi tugas saya, sebelumnya marilah kita memuji syukur alqamdullilah kehadirat allah SWT. Yang telah memberikan rahmat, nikmat kepada kita semua sehingga kita dapat berwajahah di tempat ini dalam keadaan sehat wal’afiat. Amin allah huma amin...
Tak lupa bertambahnya rahmat serta salam, semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW, salah satu nabi yang membawa umat dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yakni dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah.
Hadirin yang berbahagia , sesuai dengan tugas saya di sini saya akan menyampaikan bagaimana cara kita mensyukuri nikmat allah.

A.    Syukur Dan Nikmat
 Syukur adalah berterima kasih dan nikmat artinya enak, sedap, lezat, karunia, anugerah dll. Jadi syukur nikmat adalah berterima kasih kepada Allah atas karunia dan anugerah dari Allah swt. Allah maha  berkuasa segala di muka bumi adalah milik Allah. Maka ketika kita mendapat nikmat wajib kita mensyukurinya karena bila tida maka adzab allah akan datang kepada kita.
Secara garis besar nikmat allah di bedakan menjadi dua, antara lain :

1.      Nikmat yang menjadi tujuan
Yaitu adalah tujuan utama yang ingin dicapai oleh setiap umat islam kebahagiyaan hidup di akhirat.yang mempunyai ciri ciri :
a.       Diliputi oleh kebahagiyaan dan kesenangan
b.      Sesuatu yang mungkin bias di capai.
c.       Dapat memenuhi segala kebutuhan manusia.
2.      Nikmat yang menjadi alat mencapai tujuan.
Yang meliputi :
a.       Kebersihan jiwa dalam bentuk iman dan aklhak yang mulia.
b.      Kesehatan dan kekuatan jasmani.
c.       Hal hal yang membawa kesenangan jasmani seperti harta, kekuasaan, dan keluarga.
d.      Hal hal yang membawa sifat keutamaan, seperti hidayat, taufik, inayah, dan perlindungan allah SWT.  

B.     Nikmat Allah terlalu banyak
Sebenarnya jumlah kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia itu sangatlah bayak, dan sekiranya manusia bermaksud menghitungnya, niscaya ia tidak akan mampu melakukannya, sebagaimana terdapat dalam surat An-Nahl.
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s016/a018.png
 Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.QS An-Nahl: 18.
Jika kenikmatan sangat banyak dan manusia tidak akan mampu menghitungnya, lalu bagaimana kita harus mensyukuri nikmat allah yang begitu banyaknya tersebut ?
Memang demikianlah adanya, yaitu bahwa manusia tidak akan mampu mensyukuri seluruh nikmat yang Allah berikan kepada manusia. Oleh karena itu, jangan ada perasaan, apalagi keyakinan bahwa manusia akan mampu mengimbangi seluruh kenikmatan Allah dengan mensyukurinya. Dengan demikian, manusia akan terus berusaha untuk mensyukuri nikmat allah.


C.    TIGA CARA UNTUK BERSYUKUR
1.      Bersyukur dengan hati nurani. Kata hati alias nurani selalu benar dan jujur. Untuk itu orang yang bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari banyaknya nikmat Allah. Dengan detak hati yang paling dalam, kita sebenarnya mampu menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh setiap detik hidup kita tidak lain berasal dari Allah. Hanya Allahlah yang mampu menganugerahkan nikmat-Nya.
2.      Bersyukur dengan ucapan. Lidahlah yang biasa melafalkan kata-kata. Ungkapan yang paling baik untuk menyatakan syukur kita kepada Allah adalah hamdalah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa mengucapkan subhana Allah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca la ilaha illa Allah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdu li Allah, maka baginya 30 kebaikan.''
3.      Bersyukur dengan perbuatan, yang biasanya dilakukan anggota tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam al-Ghazali, ada tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur. Antara lain, mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki. Seluruh anggota ini diciptakan Allah sebagai nikmat-Nya untuk kita. Lidah, misalnya, hanya untuk mengeluarkan kata-kata yang baik, berzikir, dan mengungkapkan nikmat yang kita rasakan. Allah berfirman, ''Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).'' (QS Aldhuha [93]: 11).
Selain itu juga kita diwajibkan juga untuk bershodaqah
Nabi  shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta. (HR. Muslim)
Justru dengan bershadaqah, harta seseorang akan semakin bertambah, barakahnya maupun jumlah harta itu sendiri.
Jika seseorang memperoleh nikmat itu sebab lantaran sesame manusia maka seseorang di samping berkewajiban bersyukur kepada allah ia juga wajib bersyukur kepada orang yang menyebabkan ia mendapat rahmat allah. Sehingga tidak benar jika hanya bersyukur terhadap allah, tetapi juga harus bersyukur kepada orang yang menyebabkan ia mendapatkan suatu nukmat itu. (HR. abu dawud) mengatakan.


لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ
Artinya ; "Tidak dianggap bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia."

Mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah untuk menunaikan perintah-perintah Allah, baik perintah wajib, sunnah maupun mubah. Dan mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah dengan cara menghindari, menjauhi dan meninggalkan segala bentuk larangan Allah, baik larangan yang haram maupun yang makruh.
Syukur dengan hati, lisan dan perbuatan ini hendaklah terefleksi dan tercermin pada setiap momentum yang bersifat zhahir, bahkan yang tersamar sekalipun. Contoh cerminan sikap mensyukuri nikmat Allah yang tampak secara lahir ini dapat dilihat dalam sikap Nabi Sulaiman as saat ia mendapati singgasana Bilqis telah ada di sampingnya dalam sekejap mata. Saat itu Nabi Sulaiman langsung berkata, "Ini adalah anugerah Allah. Dia bermaksud mengujiku, adakah aku bersyukur ataukah aku kufur."
Jadi pada dasarnya mensyukuri nikmat allah ada 3 cara yakni adalah dengan menggunakan hati, lisan dan perbuatan. maka dari itu, mari kita sebagai umat manusia harus benar-benar tahu bagaimana cara kita mensyukuri nikmat allah.
Alkhamdulillah usai sudah perjumpaan kita pada kesempatan kali ini, semoga allah SWT membalas segala amal kebaikan kita semua, amin allah huma amin..cukup sekian dari saya atas segala kekurangan dari segi apapun yang mungkin menyinggung perasaan hadirin, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sekiranya hanya itu yang dapat saya sampaikan, akhir kata...!
Wassalamualaikum wr wb.